ALAT PENDETEKSI KEBOHONGAN
"Yes! Hari ini ayah pulang!"
Fendy berteriak kegirangan. Ayahnya akan pulang hari ini! Ayahnya adalah seorang TKI yang bekerja di sebuah perusahaan teknologi di Amerika. Karena sangat sibuk, ayah tak sempat untuk pulang selama 5 tahun disana.
Karena ayahnya bekerja di perusahaan teknologi, Fendy jadi penasaran tentang teknologi yang dibuat ayahnya. "Kira-kira ayah mau bawain apa ya?" begitu gumamnya.
Fendy berpikiran ayahnya akan membawa hologram, atau alat teleportasi? Atau bahkan lebih canggih lagi? "Tunggu saja sampai ayah pulang." ujar ibu.
Singkat cerita, 4 jam sebelum ayah sampai tujuan, Fendy dan ibunya bersiap untuk berangkat ke bandara. Mereka akan pergi untuk menjemput ayahnya.
Fendy bersama ibunya sudah sampai di bandara. Baru pertama kali Fendy melihat dan menginjakkan kakinya di bandara. First impression? "Gede banget! Megah lagi!"
Mereka berdua menunggu di salah satu restoran yang ada di bandara.
"Mbak, mau pesen." panggil ibu.
"Silahkan bu, mau pesan apa?"
"Fendy, kamu mau apa?"
"Saya nasi goreng seafood sama es teh manis saja mbak."
"Baik. Kalau ibu mau pesan apa?"
"Nasi padang ada nggak mbak?"
"Ya Allah bun, ini restoran di bandara bukan warung makan..."
"Maaf bu, kalau nasi padang kami tidak jual."
"Yaudah mbak, kalau begitu saya pesan John Wendick saja ya."
"Ooh, kalau itu nama pemilik restoran kami, bu."
"Aduh bun, malu-maluin aja deh. Hihihihihi."
"Hehe, maaf mbak."
"Eh iya, gapapa bu. Best seller kami Chicken Steak, 75 ribuan saja kok bu."
"Yaudah mbak, saya pesan itu. Sama es jeruk hangat ya."
"Es jeruk hangat bu?"
"Eh, jeruk hangat mbak. Nggak pake es nya."
"Baik bu, ditunggu ya pesanannya."
Mereka pun menunggu pesanan mereka masing-masing. beberapa menit kemudian, makanan mereka pun datang. Fendy dan ibunya menikmati makanan tersebut.
Setelah makan, mereka berjalan-jalan mengelilingi bandara tersebut. Sambil mengisi waktu. Jangan lupa jajan roti! Kata Fendy, di bandara terdapat roti kopi yang sangat enak, harganya juga murah, hanya sekitar 15 ribuan. Mereka langsung saja jajan, beli tiga roti. Satunya? Buat ayahnya lah.
Setelah itu, mereka menuju ruang tunggu kedatangan. Karena sebentar lagi ayahnya akan keluar dari pesawat! Mereka sudah tak sabar lagi.
"Fendy! Bunda!" teriak ayahnya dari kejauhan.
"Ayah!!" Fendy dan ibunya ikut berteriak.
Mereka langsung berpelukan dengan sangat erat. Setelah itu, mereka langsung pulang. Tentu saja selama di perjalanan mereka mengobrol santai.
Saat sampai rumah...
"Ayah, bawa oleh-oleh enggak nih, hehe." ujar Fendy.
"Wah, bawa dong! Ini, namanya kotak kebohongan. Kotak ini bisa mendeteksi kebohongan lho! Kalau alat ini bunyi, artinya orangnya sedang berbohong."
"Wah keren yah!"
"Coba ya, ayah nyalain dulu," ayah pun menyalakan alat itu, "nih, kita coba ya. Ayah enggak kangen ketemu Fendy!"
Biiip! Alat itu berbunyi, yang berarti bohong.
"Tuh, bohong kan? Coba lagi ya. Ayah kangen ketemu Fendy!"
...
"Ga bunyi kan?"
"Iih, keren yah! Ini boleh aku bawa ke sekolah enggak yah?"
"Wah jangan dong, Fendy! Kalau dibawa ke rumah temen sih boleh, asalkan jangan sampai hilang dan rusak!"
"Siap yah!"
Besoknya, Fendy berangkat ke sekolah. Seperti kebanyakan anak-anak pada umumnya, Fendy langsung bercerita ke teman-temannya bahwa ia punya alat pendeteksi kebohongan. Tentu saja temannya tak percaya. Fendy yang kesal menyuruh mereka datang ke rumahnya.
Sesampainya di rumah...
"Nih coba ya. Tadi aku enggak sekolah!"
Biiip!
"Tuh bunyi, berarti bohong. Coba lagi ya. Tadi guru IPA enggak masuk!"
Biiip!
"Bohong kan?"
"Eh, iya lho. Keren! Maaf ya kami enggak percaya sama kamu."
"Bapakmu keren! Bisa bikin alat secanggih ini!"
"Hehehe."
Fendy menggunakan alat ini untuk menguji kebenaran ucapan teman-temannya.
Contohnya ketika temannya bilang bahwa ia punya handphone mahal, Fendy langsung saja menyalakan alatnya. Biiip! Artinya temannya berbohong!
Suatu hari, teman Fendy bilang...
"Eh tahu enggak Fendy, kata ayahku, di halaman rumahku ada emas 1kg lho!"
"Ah, enggak mungkin!"
Alatnya tak berbunyi.
"Eh, kok enggak bunyi! Udah nyala lho. Jangan-jangan? Beneran lagi? Kita harus cari!"
"Wah iya!"
Dengan bersemangat, mereka pun langsung menggali halaman depan rumah temannya. Sudah capek-capek menggali, hasilnya? Nihil.
Fendy mengira alatnya rusak. Namun, saat ia mencoba berbohong, alatnya tetap berbunyi. Ada apa gerangan?
Fendy juga kepikiran. Kenapa ia enggak pakai alat ini untuk mengerjakan ulangan IPA besok? Kalau bohong kan pasti terdeteksi! Kata kunci : bohong.
Besoknya, ia diam-diam membawa alat tersebut ke sekolah. Ia akan menggunakannya untuk mengerjakan ulangan IPA. Singkat cerita, saat ulangan...
"Jawaban nomor 1 itu A!"
...
"Oke berarti A. Nomor 2 jawabannya D!"
...
"Wah bener lagi! Jawaban nomor 3 itu B!"
...
Fendy agak curiga mengapa ia dapat menebak seluruh soal IPA dengan benar : "Alatnya tak berbunyi." Mungkin Fendy tak perlu alat seperti itu.
Besoknya, hasil ulangan IPA dibagikan. Fendy terkejut, nilai dia adalah 15! Padahal kan ia sudah pakai alat pendeteksi kebohongan. Fendy ingin menyembunyikan hasil ulangannya itu.
Sampai rumah, ternyata ayahnya sudah menunggu di depan.
"Fendy. Nilai ulangan IPA mu kemarin berapa, sayang?"
"90 dong pah!"
Biiip!
"Nah, alatnya bunyi. Jadi yang benar berapa?"
"80!"
Biiip!
"75!"
Biiip!
"15 yah, hehe."
"Haduh nak, kok bisa sih IPA kamu dapet 15. Ayah aja dulu ya nilai IPA-nya selalu bagus."
Biiip!
"Eh, ya kadang-kadang sih bagusnya."
Biiip!
"Iya-iya, dulu nilai IPA ayah juga jelek."
...
"Ya, terus kenapa ayah marah-marah?"
"Ayah marah bukan karena nilai IPA kamu jelek. Tapi ayah marah karena kamu pakai alat itu tanpa izin! Udah dipakai buat curang lagi."
"Kok ayah tahu sih?"
"Kemarin ayah diberitahu gurumu kalau kamu pakai alat aneh. Itu pasti alat pendeteksi kebohongan, kan? Udah curang, salah lagi."
"Maaf yah. Tapi yah, harusnya kan nilai IPA ku bagus kalau pakai alat itu."
"Ini aja namanya alat pendeteksi kebohongan, Fendy. Bukan alat pendeteksi kesalahan!"
Ferdy terdiam. Ia berpikir sejenak. "Ooh, pantesan waktu itu pas temanku bilang di halaman rumahnya ada emas 1 kg, alatnya enggak bunyi. Pasti karena dia enggak tahu!" gumamnya.
"Kok diam saja, Fendy? Mending kamu mandi dulu, habis itu makan malam." ujar ayah.
"Oke yah."
Fendy baru mengerti. Ketidaktahuan bukan berarti kebohongan. Dan juga kesalahan juga bukan berarti kebohongan. Kebohongan itu kan berarti kita sebenarnya tahu yang sebenarnya, namun kita menutup-nutupinya dan mengatakan/melakukan yang sebaliknya. Berarti kalau tidak tahu kebenarannya, enggak bisa dikatakan berbohong dong!
"Haha, nilai IPA-mu ikut menurun ke anakmu, yah. Memang Fendy itu kan anakmu, yah." ceplos ibu.
Biiip!
Fendy tiba-tiba terdiam.
"Jadi, aku sebenarnya anak pungut? Bun, yah..."
"Eh, bukan begitu, nak."
"Ayah bisa jelasin, nak."
Fendy langsung berlari ke kamar dan menangis.
Terkadang, kita tak perlu mengetahui keadaan yang sesungguhnya. Karena terkadang, jujur itu menyakitkan.
TAMAT.
Komentar
Posting Komentar