KOTA BERNANDES PART 2

 "Bima, ayo kembali..."

Setelah kabur dari rumah, Bima memutuskan untuk menginap di homestay terdekat di kota Renders. 

"Mas, saya mau menginap disini." 

"Baik dik, semalam 200 ribu ya."

"Baik mas."

Bima segera memberikan uangnya. Bima akan menginap di situ sampai entah kapan.

Sehari-harinya, Bima hanya berdiam diri di kamar. Ia hanya keluar kamar untuk membeli makanan. Ia tak tahu harus ngapain lagi.

Seminggu kemudian, saat Bima sedang tiduran di kasur, tiba-tiba ia ditelepon oleh ayahnya. 

"Tumben ayah telepon aku. Aku kira ayah udah enggak peduli lagi sama aku." gumamnya.

Bima segera mengangkat telepon itu.

"Assalamualaikum ayah. Ada apa ya?" tanya Bima.

"Waalaiakumsalam. Bima ada dimana, nak?"

"Ada deh yah. Emang kenapa?"

"Ayo pulang nak, kami semua mencarimu."

"Hah? Masa anak kayak aku dicariin yah? Ada-ada aja deh."

"Ini serius, nak. Semenjak kamu pergi, tiba-tiba seluruh kekuatan kami menghilang. Ternyata, kamu adalah sumbernya, nak, sumber dari segala kekuatan kami. Maafkan ayah nak, telah memperlakukanmu berbeda dengan kakakmu."

"Pasti ayah sedang bercanda kan? Udah dulu ya yah. Aku mau makan malam dulu. Dadah!" Bima pun segera menutup telepon. Kemudian Bima memesan makanan melalui handphone-nya. Beberapa menit kemudian, makanannya pun datang.

"Bima ya?"

"Iya mas, terimakasih. Ini buat mas." jawab Bima sambil menyodorkan uang tip.

"Wah, makasih ya, dek."

Bima segera mengambil makanannya, lalu dilahap habis. Setelah makan malam, Bima langsung berbaring di kasurnya.

Semalaman Bima terus kepikiran tentang hal itu. Apakah benar yang dikatakan ayah? Atau itu hanyalah sebagai rayuan ayah agar Bima kembali lagi ke rumah?

Besoknya, karena ia merasa sangat bosan, ia memutuskan untuk jalan-jalan keluar. Udaranya begitu segar, karena kota Renders berada di pinggir gunung. Saat sedang berjalan-jalan, Bima melihat ada seorang bapak yang sedang duduk di pinggir jalan. 

"Sudah lama nih enggak mengobrol sama orang. Aku mau coba ajak ngobrol bapak itu, ah!" gumamnya.

Bima pun segera mendekati bapak itu.

"Assalamualaikum, pak!"

"Waalaikumsalam."

"Saya boleh ngobrol enggak sama bapak?"

"Wah, boleh banget, dek. Jadi ingat sama anak saya yang sudah meninggal."

"Ceritain dong, pak! Oiya, nama saya Bima pak. Saya aslinya dari kota Bernandes, tapi kabur dari rumah, pak."

"Boleh, sini bapak ceritain ya, Bima. Jadi, dulu waktu warga Bernandes mendapatkan kekuatan, anak bapak satu-satunya yang enggak dapat. Anak bapak sampai di-bully sama temannya sampai terluka parah. Udah gitu, anak bapak juga sering dimarahi sama istri bapak. Akhirnya anak bapak sampai bunuh diri."

"Wah, kebetulan saya juga enggak dapat kekuatan sama sekali, pak!"

"Bapak paham. Jadi itu kan alasannya kamu kabur dari rumah?"

"Hehe, iya pak."

"Sebaiknya kamu pulang ke rumah, nak. Karena kamu itu adalah sumber dari semua kekuatan warga kota Bernandes, Bim."

"Ayah saya juga bilang seperti itu, pak. Apa benar, pak?"

"Iya benar Bima, soalnya tepat saat anak bapak meninggal, kekuatan bapak tiba-tiba menghilang. Begitu pula dengan kekuatan warga lain."

"Bapak yakin? Takutnya itu cuma kebetulan lagi."

"Yakin banget, nak. Soalnya saat anak bapak sakit pun, bapak merasa kekuatan bapak berkurang."

Bima segera menyalakan handphone-nya untuk mengecek kabar terbaru di sosial media.

"Coba lihat ini pak!! Waktu kekuatan warga hilang, polisi telah mencari alasannya. Ternyata pak, memang benar pak, saya sumbernya! Tuh lihat pak. Ternyata bapak benar!"

"Kalau begitu, kamu harus segera pulang, nak. Kapan-kapan kita mengobrol lagi ya seperti ini. Sudah lama bapak enggak diajak ngobrol seperti sekarang ini."

"Iya pak, saya balik dulu ya. Wassalamualaikum!"

"Wa'alaikumussalam."

Bima segera bergegas untuk pulang. Pertama, Bima segera berlari ke homestay-nya. Kemudian Bima segera packing barang-barangnya. Setalah itu, Bima pamitan kepada resepsionisnya.

"Mas, saya check out ya."

"Iya dek, tunggu sebentar ya."

"Siap mas."

Beberapa menit kemudian, setelah selesai pengecekan, Bima segera bergegas pulang. 

Bima berjalan kaki sambil berlari pulang kembali ke kota Bernandes. Tiba-tiba, ia dicegat oleh seorang bapak-bapak berbaju hitam.

"Hey, hey, hey! Mau kemana lu, dek? Sini!" ujar bapak itu sambil menarik tangan Bima ke mobilnya.

"TOLONG!" teriak Bima ketakutan.

Mulut Bima langsung ditutup dengan isolasi hitam dan tangannya pun diikat dengan tali.

Mobil pun dinyalakan, dan mulai bergerak. ia dibawa menuju rumah bapak itu. Sepanjang jalan, Bima hanya bisa menangis.

Beberapa lama kemudian, mereka pun sampai. Bapak itu segera menyeret Bima ke kamar kosongnya, kemudian mengikatkan Bima di kursi.

"Aku mau diapain, om...?" ujar Bima ketakutan.

"Udah, kamu diam disini! Bapak mau kasih makanan."

Beberapa saat kemudian, bapak itu membawa makanan untuk Bima. Tiba-tiba, bau menyerbak ke seluruh ruangan. Ternyata, itu adalah makanan yang telah membusuk! Rasanya Bima ingin sekali muntah. Untungnya di kamar itu ada ventilasi, sehingga perlahan bau itupun hilang. Ia sama sekali tak ingin memakan makanan itu. 

Sekarang, Bima hanya bisa menangis. Bima mulai menyesal mengapa ia dari awal memutuskan untuk kabur dari rumah. Tidak apa-apa lah ia terus menjadi pembantu di keluarganya, asalkan ia tidak diculik seperti sekarang ini.

Malamnya, bapak itu kembali membawa makanan kepada Bima. Kali ini, menunya sangat berbeda dengan sebelumnya, menunya sangatlah mewah! Ada caviar, voie gras, truffle, steak wagyu, dan juga pizza. Air liurnya menetes. Tanpa pikir panjang, Bima segera menyantap makanan itu. Baru sebentar, semua makanan sudah dilahap habis oleh Bima.

Namun setelah makanan itu habis, Bima mulai merasa mengantuk berat. Beberapa menit kemudian, Bima sudah tertidur pulas. Ternyata, itulah rencana bapak itu. Makanan mewah tadi sudah diberi obat tidur. Bapak itu segera membawa Bima menuju laboratoriumnya.

Bapak itu sudah tahu bahwa Bima adalah sumber kekuatan seluruh warga Bernandes. Jadi, bapak itu ingin mengambil kekuatan dari Bima, karena ia juga ingin kekuatan super. Namun, setelah mencoba berkali-kali, ia tak mampu melakukannya.

Tentu saja bapak itu selalu gagal. Kan, kekuatan warga Bernandes hanya akan muncul jika Bima berada di kota Bernandes. Sedangkan sekarang Bima masih berada di kota Renders. Bapak itu tetap mencoba mengambil kekuatan dengan segala cara yang ia tahu, sampai semalaman. Tetap saja gagal sampai ia menyerah. Akhirnya ia kembalikan Bima ke kamar kosong itu sebelum bangun.

Bima pun terbangun.

"Woahhh! Udah pagi ternyata. Aku harus kabur dari sini sekarang juga." gumam Bima, "Tunggu, kayaknya semalam aku enggak disini deh." Bima sadar bahwa ia berpindah tempat. Awalnya ia diikat di dekat pintu, namun sekarang ia sudah berada di dekat jendela. "Jangan-jangan bapak itu ingin mengambil kekuatan dariku! Pokoknya aku harus kabur sekarang juga!" 

Pertama, Bima mencoba untuk melepas talinya. Karena tangannya memang sudah terikat, tentu Bima sangat kesulitan. Mana ikatan talinya sangat kencang lagi. Untungnya, tali itu berhasil terbuka. Sekarang, ia hanya perlu mencari benda yang dapat digunakan untuk memecahkan jendela. Ia berhasil menemukan pisau bekas makan malam kemarin, lalu menggunakannya untuk memecahkan jendela

PRANG!

Bapak itu buru-buru mengecek kamar kosong tersebut. Bima sudah menghilang! Bapak itu segera mengejar Bima yang akan memanjat pagar.

Pagarnya sangat tajam, sampai tangan Bima terluka. Untungnya, Bima berhasil memanjat pagar itu. Bima segera berlari sekencang-kencangnya agar bapak itu tidak menangkapnya lagi, dengan darah yang masih mengucur dari tangannya.

"Bima, sini! Ayo masuk ke mobil!"

BERSAMBUNG.

Komentar

Postingan Populer