UJIAN IPA PART 1

 "Aduh, hari ini ada ujian IPA!" 

Kemarin, guru IPA-ku mengabarkan bahwa hari ini kami akan melaksanakan ujian IPA. Aku memang tidak terlalu suka dengan IPA, apalagi memahami materinya. Walaupun aku sudah belajar semalaman, tak ada satupun materi yang masuk di otak. Aku tak yakin aku akan lulus ujian ini. 

Hari ini, aku masuk ke kelas dengan gelisah. Untuk menenangkan diriku, aku memutuskan untuk mengajak mengobrol temanku.

"Hai, Deni! Kamu sudah siap ujian IPA?" tanyaku. Deni hanya menggeleng. Terlihat ia juga berkeringat dingin, tangannya juga kaku.

"Aku juga belum siap, kayaknya kita enggak bakal lulus ujian, deh. Tapi tenang aja, Den, jangan kaku banget gitu, dong!"

"Enggak, aku bukan takut karena enggak lulus. Tadi pagi, aku melihat guru kita keluar dari laboratorium. Jangan-jangan kita akan ujian praktek!" jawab Deni.

"Wah, yang benar saja! Teori saja aku tak paham, apalagi prakteknya?"

"Makanya itu, Ben. Aku takut kalau"

Tiba-tiba, guru IPA-ku, Pak Slamet, sudah masuk ke kelas saja. "Assalamualaikum. Anak-anak, kalian sudah siap ujian IPA hari ini?" sapa beliau. Aku buru-buru kembali ke tempat dudukku.

"Belum, pak!" sorak seluruh kelasku.

"Siap atau tidak, kalian harus siap! Ayo semuanya, kita pergi ke laboratorium!" balas beliau.

"Pak, kita akan ujian praktek? Tapi kemarin bapak enggak bilang begitu." tanyaku kepada beliau.

"Ini surprise, ayo semuanya bersiap!"

Singkat cerita, kami sudah tiba di depan pintu laboratorium. Pak Slamet membukakan pintu, dan kami masuk ke dalam. Laboratorium tersebut terlihat biasa saja, seperti tidak ada yang berubah. Namun, saat Pak Slamet menutup pintunya, tiba-tiba laboratorium berubah menjadi gelap, dan kami mendengar suara misterius.

"Selamat datang di ujian IPA ini! Kalian harus menyelesaikan 5 puzzle IPA untuk lulus ujian ini. Berikut peraturan yang harus kalian taati. Pertama, kalian tidak akan bisa keluar dari laboratorium ini, sampai salah satu di antara kalian berhasil lulus ujian. Dengan kata lain, jika kalian semua gagal, kalian akan terjebak di sini selamanya. Kedua, kalian dapat bekerjasama untuk menyelesaikan puzzle. Jika kalian gagal menyelesaikan salah satunya, kalian akan dibawa menuju ruangan gudang dan akan dikunci sampai ujian ini berakhir. Ketiga, setiap puzzle akan ada petunjuk yang tersembunyi. Keempat, setiap puzzle ada batas waktunya, yaitu 10 menit. Jika waktunya habis, kalian semua dinyatakan gagal. Have fun and good luck!" Itulah yang kami dengar.

Aku sebenarnya penasaran puzzle apa yang akan ku selesaikan. Namun di sisi lain, aku ketar-ketir, karena jika semua temanku gagal, kami akan terjebak di sini selamanya. Untungnya, di kelasku ada Andika, yang paling pintar dalam IPA. Pastinya dia dapat menyelesaikan puzzle dengan baik. Iya, kan?

Puzzle pertama. Kami dihadapkan dengan berbagai barang di atas meja. Ada 3 gelas beker yang berisi cairan yang berbeda, tabung reaksi, pipet tetes, dan sebuah kertas yang aku tak tahu jenisnya.

"Andika, ini kira-kira disuruh ngapain?" tanyaku kepada Andika.

"Ada tiga cairan, terus ada kertas lakmus. Ini pasti disuruh mencari tingkat keasaman cairan, nih!" jawab Andika. 

"Lalu habis itu diapain, Dik?" Kali ini Deni yang bertanya.

"Nah, kurang tahu nih. Mending kita cari petunjuk dulu!" Akhirnya, kami pun mencari petunjuk untuk puzzle ini. Aku berhasil menemukannya di laci. Petunjuknya bertuliskan bahwa kami harus menentukan mana sifat cairan yang lebih banyak muncul, antara asam atau basa. Kemudian, cairan yang jenisnya paling sedikit muncul dibuang di wastafel.

"Ini gampang nih. Ini itu namanya kertas lakmus netral. Jadi, kita tinggal celupkan kertas lakmus ke dalam ketiga cairan ini!" terang Andika kepada teman-temannya sambil mencelupkan kertas lakmus ke dalam cairan pertama, "Nah, warnanya merah. Berarti, cairan ini bersifat asam!"

"Wah, ternyata gampang, ya. Aku coba, dong!" Ternyata teman-temanku juga ingin mencobanya. Dia memasukkan kertas ke dalam cairan kedua. "Warnanya biru, Dik. Ini berarti basa, kan?"

"Pinter, betul banget!" puji Andika. "Sekarang, tinggal cairan ketiga. Siapa yang mau coba masukin?"

"Aku!" Aku juga ingin coba masukin kertas itu. Andika membolehkanku, lalu aku mulai memasukkan kertas itu. Hasilnya berwarna biru. "Berarti cairan ini bersifat basa!"

"Cakep, guys! Karena ada dua cairan yang bersifat basa, cairan yang pertama tinggal dibuang, deh. Beni, minta tolong, dong!" kata Andika. Aku segera membuang cairan tersebut ke wastafel. Setelah itu, suara misterius itu muncul kembali.

"Congratulations! Kalian berhasil menyelesaikan puzzle pertama. Masih ada 4 puzzle lagi agar kalian semua dinyatakan lulus. Yuk, semangat!" Tepat setelah suara itu berakhir, muncul barang baru di meja. Kali ini, alat dan bahan yang ada lebih banyak dari sebelumnya.

Ada kertas selembar, beberapa tabung reaksi, penjepitnya, rak tabung reaksi, termometer, mortal dan alu alias ulekan, pipet tetes, gelas kimia, kertas label, teko berisi air panas, kaki tiga, pembakar spiritus, timbangan, tiga cairan misterius, dan sebuah makanan yang misterius pula. Kali ini petunjuknya sudah berada di atas meja, yang bertuliskan bahwa kami harus menguji bahan makanan tersebut kemudian menuliskannya di kertas selembar.

"Hah, kimia lagi? Yang benar saja, pak!" keluhku. Walaupun begitu, ada Andika yang pasti bisa mengerti. "Andika, ini ada tiga cairan misterius. Namanya apa, nih? Terus kegunaannya apa?" tanyaku kepada Andika.

"Begini, guys. Kan ada tiga cairan. Cairan yang pertama namanya reagen kalium iodida yang digunakan untuk menguji amilum pada bahan makanan. Cairan yang kedua namanya reagen Benedict yang digunakan untuk menguji gula. Lalu cairan yang ketiga namanya reagen Biuret, fungsinya untuk menguji kandungan protein. Tuh, ada tulisannya."

"Wah, susah juga ya untuk menguji kandungan makanan." celetuk salah satu temanku. Andika hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.

"Dik, terus ini cara mengujinya bagaimana? Apa makanan ini tinggal ditetesi cairan ini, ya?" tanyaku.

"Tentu tidak. Ada caranya," Andika bersiap-siap untuk mendemonstrasikan percobaan ini, "nah, yang pertama kita akan menguji amilum. Pertama-tama, kita akan menimbang 10 gram dari makanan ini," terang Andika sambil menaruh makanan ke dalam timbangan, "sudah 10 gram, nih. Kemudian kita ulek makanannya dengan ulekan ini. Kita kasih sedikit air biar lebih gampang hancur. Dari sini, kita cukup masukkan 2 ml ekstrak makanan ini ke tabung reaksi. Jangan lupa dikasih label agar tidak lupa kalau ini untuk pengujian amilum. Kemudian, kita teteskan reagen kalium iodida ke dalam tabung reaksi. Tuh, lihat!"

"Wah, airnya berubah warna jadi biru tua!" Aku terkagum melihat perubahan warnanya.

"Yap, dan ini menandakan makanan ini mengandung amilum!" terang Andika. 

"Aku catat ya, boleh, kan?" tanya temanku, Rossa.

"Boleh banget, Ros. Biar kita enggak lupa." jawab Andika. Kemudian ia menaruh tabung reaksi di raknya.

"Sekarang kita akan menguji kandungan gulanya. Kita ambil 2 ml ekstrak makanan, lalu tuang ke tabung reaksi yang baru. Kemudian kita teteskan 10 tetes reagen Benedict ke tabung reaksinya. Nah, lalu kita akan menyalakan pembakar spiritusnya. Tuang air panas ke dalam gelas kimia lalu masukkan tabung reaksi ke gelas kimia. Kita ukur suhunya, pastikan diantara 40-50 derajat celcius. Lalu kita panaskan selama kurang lebih 5 menit." 

Lima menit kemudian, tabung reaksi sudah siap untuk diangkat. "Nah, sudah 5 menit. Saatnya diangkat! Beni, tolong angkatin dong... jangan lupa pakai penjepitnya, lalu taruh di rak." Andika meminta tolong padaku. Langsung saja kuambil dengan hati-hati dan kutaruh di rak tabung.

"Lihat, Dik! Warnanya orange!" 

"Oke, jadi makanan ini mengandung gula! Ayo, Ros, catat lagi!"

"Sip, Dik."

"Oke, jangan lupa dikasih label. Nah, terakhir kita akan menguji kandungan gulanya. Ambil 2 ml dari ekstrak makanan yang tadi dan masukkan ke tabung yang baru. Tambahkan 3 tetes reagen Biuret, habis itu tinggal kita kocok."

"Kocok apaan, tuh?" celetuk temanku.

"Kocok tabung, sayang. Nah, sudah tercampur, nih! Hasilnya berwarna apa, Den?" tanya Andika.

"Warna biru."

"Kalau berwarna biru, artinya makanan ini tidak mengandung protein. Karena kalau mengandung protein, larutannya harus berwarna ungu. Ayo Rossa, catat. Mengandung amilum, gula, dan tidak mengandung protein!"

"Siap, Andika! Sudah aku catat, lalu diapakan catatannya?" 

"Taruh meja saja, Ros." Rossa pun menaruh catatannya.

"Eh Andika, tapi ini makanan apa, ya?" Sebelum pertanyaanku terjawab, barang-barangnya sudah hilang semua, tandanya puzzle kedua berhasil diselesaikan.

 "Selamat, kalian sudah berhasil menyelesaikan puzzle kedua! Puzzle ketiga akan berhubungan dengan fisika, good luck!" Suara misterius itu terdengar kembali. Dan kemudian, meja laboratorium menghilang, dan muncul sebuah jungkat-jungkit besar dengan dua kotak yang beratnya berbeda, juga sebuah penggaris.

"Kotak ini beratnya 1,5 kg. Kotak yang ini beratnya 2 kg. Tumpuannya pas di tengah-tengah papannya." terang Andika.

"Ini pasti suruh seimbangin jungkat-jungkitnya pake 2 kotak ini, Dik!" kataku.

"Iya, harusnya begitu. Jadi, kalau aku taruh kotak 1 di sini sekitar 100 cm dari tumpuan..." sambil menaruh kotak pertamanya, "dan aku taruh kotak 2 di sini sekitar 100 cm juga..." sambil menaruh kotak kedua, "harusnya kan, jungkat-jungkitnya nggak seim"

Belum selesai dia menjelaskan, tiba-tiba ada orang dewasa misterius yang langsung menarik Andika menuju gudang lab. Kita semua kaget dan panik melihat kejadian itu. "Apa yang salah?" pikirku.

Teman-temanku satu-persatu mulai menggeser-geser kedua kotak tersebut. Namun, semuanya gagal dan mereka dibawa ke gudang. Karena tidak ada Andika si jago IPA. Sekarang, kelas kami hanya tersisa setengah saja. Aku berpikir keras untuk menyelesaikannya, karena aku tak mau terkurung di gudang!

"Bagaimana caranya biar jungkat-jungkit ini seimbang? Ada dua kotak yang beratnya 1,5 sama 2 kg. Ah, aku ingat caranya!"

BERSAMBUNG ....

Komentar

Postingan Populer