KOTA BERNANDES PART 5
"Oh, jadi kamu ya, pemilik seluruh kekuatan di kota Bernandes?"
"Lho, bapak?"
Ternyata, penculik itu adalah bapak yang dahulu menculiknya di kota Renders.
"Masih ingat saya?"
Bima langsung buru-buru melarikan diri. Bapak itu terus mengejarnya. Disaat seperti ini, tentu Bima sangat panik. Tetapi, Bima teringat satu hal.
"Oiya! Aku bisa pake kekuatan teleportasi! Kekuatan teleportasi!"
Bima tiba-tiba berpindah tempat menuju sebuah kota antah berantah. Ia lupa kekuatannya tak pernah dilatih sama sekali.
"Aduh, ini dimana lagi? Gimana sih cara pake kekuatan teleportasi? Kekuatan teleportasi!"
Sekarang, ia malah berpindah ke sebuah kolam renang.
"Wah, sekarang aku malah pindah ke kolam renang. Gimana sih cara mengendalikan kekuatan ini? Coba kalo aku sambil sebut tempat tujuannya. Kekuatan teleportasi ke rumah Joe!"
Setelah itu, Bima berpindah tempat lagi. Sekarang Bima berada di rumah seseorang.
"Ini kan bukan rumah Joe temenku! Ini rumah siapa lagi?"
"Who are you?"
"Aduh bahaya nih. Aku harus pindah lagi!"
"Mom! Robbery!"
"Kekuatan teleportasi ke rumah Joe Arvian!"
Akhirnya Bima sudah berada di rumah Joe yang benar!
"Joe!"
"Eh Bima, kemana aja, Bim? Dari tadi aku tungguin, lho."
"Hehe, sorry Joe, tadi aku ketiduran."
"Iya, gapapa kok, Bim. By the way, tadi kayaknya enggak ada suara pintu kebuka ya? Kamu masuknya lewat mana?"
"Eh, tadi ada kok. Kamu aja kali yang enggak dengar."
"Iya juga ya, kan tadi aku di kamar. Yaudah yuk, kita mabar!"
"Yah Joe, aku lupa bawa HP..."
"Yah, kok HP aja bisa lupa sih, Bim? Yaudah, kita main di komputerku aja!"
"Kamu punya komputer, Joe?"
"Punya lah! Spek gaming pula!"
"Widih! Yuk buruan main! Aku udah enggak sabar nih."
Mereka pun bermain sampai lupa waktu.
"Eh Bima, tau-tau udah malam aja. Ayo kita makan malam dulu!"
"Yuk! Eh, orang tua kamu kemana emang?"
"Orang tuaku dua-duanya bekerja di luar negeri, jadi aku sendirian deh disini. Kalau kamu, gimana?"
"Kedua orang tuaku udah meninggal. Sekarang aku tinggal sama kakakku."
"Wah, yang sabar ya, Bim."
"Yang sabar juga ya, Joe. By the way, kamu emang mau masak apa?"
"Eh, kamu kan punya kekuatan mengubah benda kan?"
"Eh iya! Kamu punya permen enggak?"
"Punya, nih ada dua."
"Coba lihat ya," Bima memfokuskan pandangan pada kedua permen dan memikirkan, "eh, kamu mau makan apa, Joe?"
"Bisa diubah jadi steak wagyu enggak?"
"Aku coba ya," beberapa saat kemudian, permen itu berubah menjadi steak wagyu! "Tuh, beneran jadi steak! Sekarang kita santap!"
"Wah, baunya enak banget!"
Mereka pun makan dengan lahap dan nikmat! Setelah itu, Bima berpamitan kepada Joe.
"Eh Joe, aku pulang dulu ya."
"Iya Bim, hati-hati di jalan ya!"
"Iya Joe, makasih."
Sesaat setelah Bima keluar dari rumah Joe, penculik yang tadi sudah menunggu di depan.
"Bima, saya tahu kamu disana. Jangan kabur!"
Dan tiba-tiba, tangan Bima terikat tali. Seolah-olah pencuri itu bisa menghentikan waktu. Atau memang iya?
"Bima, katakan bagaimana kamu bisa mendapatkan kekuatanmu itu!"
"Saya enggak tahu, pak!"
"Jangan bohong!"
"Sumpah pak! Saya aja bingung kenapa saya dapat kekuatan-kekuatan ini!"
"Halah! Kasih tahu atau saya habisi kamu sekarang!"
Bima mengingat kembali perjalanan hidupnya dari awal. Dahulu saat ayahnya masih hidup, saat Bima dinyatakan tak memiliki kekuatan, Bima diperlakukan seolah-olah sebagai babu oleh ayahnya. Namun, saat Bima dinyatakan sebagai sumber kekuatan Bernandes, ayahnya malah memperlakukannya overprotektif. Namun, saat kejadian rumahnya kebakaran, Bima dilarikan ke rumah sakit. Setelah itu ayahnya pingsan, dan...
"Ayah saya... Ayah saya, pak!"
"Ayahmu? Bagaimana caranya biar saya dapat bertemu ayahmu?"
"Begini caranya, pak!"
Bima mengeluarkan kekuatan elemen api. Ia memfokuskan pandangan ke penculik itu. Kemudian ikatan tali pada tangannya terputus, telapaknya memunculkan bola api, lalu bersiap melempar bola api itu.
"Hiya!"
"Eh buset! Oh, begini cara main lu? Oke! Itu mah gue juga bisa!"
Tiba-tiba, penculik itu sudah berada di belakang Bima, lalu bersiap untuk menarik Bima, tiba-tiba...
"Buset! Panas amat tubuh lu!"
"Iya lah! Siapa suruh main-main sama api!" Masih belum puas, Bima memutuskan untuk menggunakan elemen petir.
"Masih kurang, pak? Sini biar ku sambar petir!" Kemudian, petir sudah ada di tangan Bima, dan bersiap untuk menyambar penculik itu.
"Waduh!" Dan tiba-tiba penculik itu menghilang.
"Lah, takut pak? Masa kalah sama anak kecil!" Tapi, Bima berpikir sebenarnya penculik itu punya kekuatan apa. "Kayaknya teleportasi deh. Habisnya tadi dia tiba-tiba ada di belakangku. Atau mungkin juga menghentikan waktu?" Tanpa ia sadar, Joe dari jendela melihatnya bertarung dengan penculik itu.
"Wah, Bima keren banget! Ternyata dia punya banyak kekuatan! Belum pernah aku lihat ada orang yang kekuatannya lebih dari satu. Besok aku bilang, ah, ke teman-teman!" gumam Joe terkagum-kagum.
Setelah pertarungan itu, energi Bima sangat terkuras. Sekarang ia sangat kelelahan. Karena sudah kelelahan, Bima menggunakan kekuatan teleportasinya kembali.
"Kekuatan teleportasi ke rumahku sendiri!" Dan Bima sudah sampai di rumahnya.
"Eh, Bima udah pulang?" sapa kakaknya.
"Udah, kak."
"Gimana? Tadi Bima kenapa-napa, enggak? Apa ada penculik lagi tadi?"
"Wah, tadi ada, kak! Tapi tadi aku pakai kekuatan elemen api dan petir, kak! Serangannya belum kena, dianya udah kabur. Pengecut banget sih, hihihi."
"Hahaha, untung kamu enggak kenapa-napa."
"Tapi kak, Bima capek banget nih. Bikinin es teh manis dong!"
"Kan bisa pake kekuatan mengubah benda mu, Bim."
"Yakan Bima lagi capek nih kak, sekali-kali bikinin dong."
"Oke, sip. Kakak bikinin, spesial buat kamu!"
"Wah, makasih, kak! Bima tunggu di kamar ya."
"Iya Bim."
Bima segera menuju kamarnya. Di kamar, ia merenung. "Penculik itu gimana, ya, keadaannya? Apa dia masih bakal mengejarku? Kalau begitu, aku dalam bahaya, dong! Tapi, gimana kalau dia udah ketakutan duluan? Bentar-bentar. Tadi itu kan aku masih di depan rumah Joe. Gimana kalau si Joe...."
"Bima, es teh manisnya sudah jadi! Ayo turun, atau kakak abisin nih! Sepuluh... Sembilan...."
"Iya kak, aku datang!"
Bima keluar dari kamarnya, lalu turun ke bawah. Seteko es teh sudah siap menunggunya.
"Wah, udah jadi!"
"Ayo, Bim, silahkan diambil. Jangan sungkan-sungkan."
"Kalo masalah es teh, siapa sih yang sungkan-sungkan, kak?" Bima mengambil gelas, lalu menuangkan teko ke dalam gelasnya. "Ayo minum, kak."
Mereka berdua pun minum bersama. Bima pun membuka pembicaraan.
"Kak, Bima penasaran deh. Sebenarnya kekuatan di Bernandes itu asalnya dari mana, sih?"
"Dari kamu, kan?"
"Maksudnya kak, kok aku bisa membuat seisi kota punya kekuatan? Gimana kekuatan itu bisa muncul ya?"
"Iya juga ya, Bim. Apa sebenarnya ada orang pemerintahan yang mengendalikan kekuatan di sini, ya?"
BERSAMBUNG.
Komentar
Posting Komentar