KOTA BERNANDES PART 4
"Ayah... AYAH!"
Bima buru-buru menelepon kakaknya.
"Kaaaa... Ayah, kaa..."
"Kenapa, Bim?"
"Ayah sudah tiada, kaa..."
"HAH? Yang benar, Bim? Bima enggak main-main kan?"
"Beneran ka... Bima enggak tahu harus ngapain lagi..."
"Oke, kakak segera kesana!"
Kakak segera menuju ke mobil ayahnya, air matanya turun perlahan-lahan. Namun, saat kakaknya keluar dari rumah, apa yang ia lihat? Hujan deras. Badai petir. Dimana-mana.
Demi ayah, kakak tetap menerjang badai petir itu. Saat kakak mulai mengendarai mobilnya, tiba-tiba mobilnya mogok. "Ah! Disaat seperti ini mobil malah mogok lagi." ujar kakaknya kesal. Akhirnya, kakak memutuskan untuk naik motor saja. Jas hujannya hilang, tak apa lah. Iya, disaat seperti ini kakak malah lupa dengan kekuatannya.
Walaupun pandangan mata terbatas, kakak tetap berusaha untuk menuju rumah sakit. Tiba-tiba, petir menyambar tepat di depan matanya. Ia panik, namun untungnya masih baik-baik saja. Singkat cerita, sampailah kakak di rumah sakit.
"Bima, ayah mana...?"
"U... Udah di... dibawa, ka... ka..."
"Yang sabar, ya, Bi..." tangisan kakak sudah tak terbendung lagi. Menangislah mereka bersama-sama.
Singkat cerita, almarhum ayah sudah dikubur.
"Bima, yang sabar ya. Kakak akan menjaga kamu sekarang. Sudah Bima, jangan sedih lagi."
"Bima masih belum bisa menerima, kak, kalau ayah pergi dari dunia ini..."
"Iya, kakak mengerti kok. Kakak juga merasakan hal yang sama. Oiya, Bim, kayaknya dari beberapa hari yang lalu, hujannya enggak berhenti-henti, ya."
"Iya, ka. Kok bisa? Kenapa ya?"
"Udah ya, Bim. Kamu enggak perlu bersedih lagi. Biar kamu cepat sembuh juga, terus kita bisa pulang ke rumah."
"Iya, kak."
"Ayo, dek, kita mabar!"
"Kak..."
"Oiya, kakak lupa. Kan tangan kamu patah."
Tiba-tiba, hujan berhari-hari itu mereda dan matahari kembali bersinar.
"Lho, Bim, langitnya jadi cerah, tuh!"
"Iya ya kak, kok bisa?"
"Kakak pinjam HP-mu ya."
Kakak segera membuka aplikasi untuk melihat kekuatan Bima.
"Bima! Coba lihat ini!"
"Kenapa kak? Lho, kekuatanku..."
Bima kaget. Tertulis di HP-nya ia memiliki seluruh kekuatan yang pernah ada di kota Bernandes.
"Coba kamu keluarkan kekuatan membaca pikiran orang!"
"Siap, kak! Oh, kakak lagi mikirin ayah, kan?"
"Wah, bener! Coba kekuatan yang lain."
"Oke. Integral dari sinx adalah -cosx."
"Pasti kekuatan jago matematika, nih."
"Betul. Eh, tapi kak, mending kekuatanku ini jangan dikasih tahu siapa-siapa. Takutnya kayak dulu lagi."
"Sip."
Akhirnya setelah seminggu dirawat di rumah sakit, Bima diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Sekarang, Bima akan diurus oleh kakaknya sendiri. Kakak Bima memutuskan Bima harus masuk sekolah biasa lagi! Kakaknya yang akan mengurus semua berkas-berkasnya.
Singkat cerita, Bima dimasukkan ke sekolah yang berbeda dengan dulu. Sekarang, Bima berada di SMP swasta. Baru sehari Bima bersekolah, ia sudah mendapatkan teman baik.
Saat jam pelajaran pengembangan kekuatan, guru khusus pun masuk ke kelas.
"Assalamualaikum, anak-anak."
"Wa'alaikumussalam, pak!"
"Hari ini kita akan melanjutkan tentang pengembangan kekuatan. Oiya, katanya disini ada murid baru, ya?"
"Betul, pak! Ini pak, teman saya, Bima." jawab teman sebangkunya, Joe.
"Halo, pak."
"Hai, Bima. Bapak boleh tahu enggak, kekuatan kamu apa?"
Kebetulan satu sekolah belum tahu bahwa Bima merupakan sumber kekuatan kota Bernandes. Jadi, Bima berpikir mau menjawab punya kekuatan apa.
"Kekuatan saya dapat mengubah benda, pak!"
"Wah, kekuatan yang bagus! Namun, kekuatan kamu juga harus dilatih, agar kamu dapat lebih menguasai kekuatan kamu. Dan juga, kalau kamu sudah menguasai kekuatanmu, jangan digunakan semena-mena. Ya, Bima?"
"Siap, pak!"
"Oke, ayo kita ke lapangan!"
Setelah seluruh siswa sudah sampai di lapangan, guru itu mulai mengecek satu-satu kekuatan tiap siswa. Sampai akhirnya, beliau sampai kepada Bima.
"Bima, sekarang giliran kamu, ya."
"Iya, pak!"
"Kamu dulu sudah pernah diajari cara mengembangkan kekuatanmu, enggak?"
"Wah, belum pak."
"Oke. Sekarang perhatikan kaleng ini. Tetap fokus tatap kaleng ini. Kemudian, pikirkan satu benda, apa saja."
Bima memikirkan benda penggaris.
"Bagus, kalengnya sudah mulai berubah! Tetap fokus, tatap kaleng sambil memikirkan satu benda!"
Beberapa saat kemudian, kaleng itu sudah berubah menjadi penggaris sepenuhnya.
"Nice, Bima! Coba lihat! Kalengnya sudah berubah menjadi penggaris!"
"Wah, bisa begitu ya, pak!"
"Oke, Bima. Kita coba yang lain, ya. Bapak punya permen. Coba kamu ubah permen ini menjadi nasi goreng!"
"Siap, pak!" Bima mulai fokus menatap permen itu dan memikirkan nasi goreng seperti yang ada di restoran.
"Wah, hebat, Bim! Sekarang udah jadi nasi goreng! Ayo kita makan!"
"Tunggu, pak! Saya mau ubah nasi goreng ini jadi nasi goreng 26 porsi, biar satu kelas bisa makan!"
"Wah, sayang sekali. Kamu enggak bisa memperbanyak kuantitas barangnya. Kalau ada satu benda, ya berubahnya tetap akan jadi satu benda."
"Yah, yaudah deh pak. Ayo kita makan bareng!"
"Siap, bapak bagi dua ya."
First impression Bima sekolah di SMP swasta? Sangat menyenangkan!
Singkat cerita, bel pulang pun berbunyi. Kakaknya sudah menunggu di depan pintu gerbang.
"Bima!"
"Kakak!"
"Gimana, Bim? Sekolah barunya?"
"Seru banget kak! Teman-temanku pada baik sama aku, enggak kayak yang dulu."
"Bagus, dong! Nggak salah kakak sekolahin kamu disini."
"Hehe, iya kak."
"Oiya, tadi kan pasti ada pelajaran pengembangan kekuatan. Kamu bilang ke gurunya kamu punya kekuatan apa, Bim?
"Bisa mengubah benda, kak."
"Itu keren sih! Kakak jadi iri sama kamu, hehe."
"Wah, jangan begitu dong! Kakak kan punya kekuatan terbang. Ayo kak, kita pulang!"
"Yuk! Pegangan sama kakak, ya!"
Kemudian, mereka pun pulang. Sebelum itu jangan lupa membeli makanan.
Hari-hari Bima lalui dengan sangat bahagia. Kekuatan Bima mengubah benda semakin berkembang. Sekarang, Bima hanya perlu menatap suatu benda sebentar saja, lalu benda itu akan langsung berubah! Namun, memang sih. Bima baru dapat mengubah benda menjadi benda lain yang satu jenis. Seperti meja menjadi kursi (perabotan). Bima belum bisa mengubah benda menjadi makanan,, dan sebagainya. Namun, Bima hanya membutuhkan waktu agar kekuatannya dapat sepenuhnya dikuasai.
Saat Bima ingin pergi ke rumah teman, handphone Bima tiba-tiba dirampas oleh pencuri. Bima mengejar pencuri itu, tapi ternyata ia malah diam saja.
"Oh, jadi kamu ya, pemilik seluruh kekuatan di kota Bernandes?"
BERSAMBUNG.
Komentar
Posting Komentar